Minggu, 04 Februari 2018

Manajemen-Manajemen Dan Metode-Metode Dalam Menghafal Al Qur’an




Manajemen Menghafal Al-Quran
Ada Fakta Bahwa Tidak Semua Orang Yang Memiliki Niat Untuk Menghafalkan Al-Quran Mampu Merealisasikan Niatnya, Juga Tidak Semua Orang Yang Menghafal Bisa Tuntas Sampai 30 Juz, Dan Tidak Semua Orang Yang Hafal 30 Juz Mampu Membaca “Bil Ghaib” Dengan Lancar Dan Baik. Demikian Juga, Tidak Semua Hafidz Diberikan Karunia Untuk Menjadikan Hafalannya Sebagai Dzikir Yang Selalu Dilantunkannya Secara Istiqamah Sampai Akhir Hayatnya. Untuk Itu, Perlu Kiranya Seorang Mahasiswa Melakukan Pengaturan (Manajemen) Secara Sistematis, Agar Target Yang Direncanakan Bisa Tercapai.

1. Manajemen Waktu
Pada Dasarnya Pilihlah Waktu Yang Tepat Untuk Menghafal, Sangat Tergantung Kepada Kenyamanan Dan Kondisi Pribadi Masing-Masing. Akan Tetapi Dalam Suatu Hadis Yang Diriwayatkan Oleh Abu Hurairah Ra, Disebutkan Bahwasanya Rasulullah Saw Bersabda :
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
Sesungguhnya Agama Ini Mudah, Dan Tidak Ada Yang Mempersulit Diri Dalam Agama Ini Kecuali Dia Akan Sampai, Makanya Amalkan Agama Ini Dengan Benar, Perlahan-Lahan, Dan Berilah Kabar Gembira, Serta Gunakan Waktu Pagi, Siang Dan Malam (Untuk Mengerjakannya)” ( Hr Bukhari )
Umumnya, Orang Yang Menghafalkan Al-Quran Di Pesantren-Pesantren Menghabiskan Waktu  3-4 Tahun Dengan Program Takhashshus (Tahfidz Intensif/Sebagian Besar Waktunya Untuk Menghafal). Sebenarnya, Kalau Seseorang Mampu Mengatur Waktu Dengan Baik, Pasti Akan Jauh Lebih Cepat Dari Waktu Tersebut. Misalnya, Dalam Sehari Dia Menambah Hafalan Dua Halaman, Maka Dalam Kurun Waktu Sepuluh Bulan (Atau Max. 12 Bulan) Sudah Tuntas 30 Juz. Atau Paling Tidak, Jika Perhari Menambah Hafalan Baru Setengah Halaman, Maka Dalam Waktu 40 Bulan (3 Tahun 4 Bulan Atau Max. 4 Tahun) Bisa Tuntas Semua. Tentu, Dengan Syarat Setiap Waktu Terbuang Harus Diganti Atau Dirangkap Tanpa Kompromi.
Untuk Konteks Mahasiswa, Pengaturan Waktu Memang Lebih Rumit Dibanding Dengan Peserta Program Takhashshus Di Pesantren. Mahasiswa Memiliki Beban Ganda Yang Berat. Terkait Dengan Perkuliahan, Dia Harus Mempersiapkan Matakuliah Setiap Hari (Min. 1 Jam), Mengikuti Perkuliahan (Rata-Rata 4 Jam Sehari Selama 5 Hari), Mempersiapkan Ujian Uts, Uas (Min. 2 Jam), Menyelesaikan Tugas Membuat Makalah Individu Atau Kelompok (Min. 5 Jam). Berikut Ini Gambaran Perbandingan Kegiatan Harian Antara Mahasiswa Peserta Program Tahfidz Dan Mahasiswa Non Tahfidz:
Tabel 1: Alokasi Ideal Waktu Mahasiswa Non Tahfidz Dalam 24 Jam
Kegiatan
Alokasi Waktu
Prosentase
Persiapan Materi Kuliah, Ujian Dsb
2 Jam
8,3 %
Mengikuti Perkuliahan, Seminar Dsb
4 Jam
16, 6 %
Menyelesaikan Tugas, Membuat Artikel Dsb
1 Jam
4,1 %
Organisasi, Silaturrahmi, Pertemuan Dsb
2 Jam
8,3 %
Istirahat, Sholat, Makan Dsb
3 Jam
12,5 %
Tidur
8 Jam
33 %
Cuci/Setrika Baju, Membersihkan Kamar, Kerja Bakti Dsb
2 Jam
8,3 %
Hiburan, Belanja, Jalan-Jalan Dsb
2 Jam
8,3 %
Total
24 Jam
100 %
Tabel Di Atas Menunjukkan Betapa Longgarnya Waktu Mahasiswa Untuk Belajar, Ibadah, Santai Dan Istirahat. Dengan Alokasi Seperti Ini Saja Mahasiswa Yang Komitmen Dan Konsisten Melakukan Kegiatan Ilmiah Dan Diniyah, Pasti Akan Mencapai Kesuksesan.
Adapun Mereka Yang Mengambil Program Tahfidz Penuh (30 Juz), Harus Menyisihkan Waktunya Min. 9 Jam Perhari Dengan Perincian Sebagai Berikut:
Tabel 2: Durasi Ideal Waktu Mahasiswa Tahfidz
Kegiatan
Durasi
Penambahan Hafalan Baru 1 Hal
1 Jam
Pengulangan Hafalan Baru 1/2 Juz
1 Jam
Setoran Hafalan
2 Jam
Pengulangan/Murajaah Harian 3 Juz
2 Jam
Latihan Fashohah, Terjemah, Tafsir
1 Jam
Total
9 Jam
Setelah Waktu Untuk Tahfidz Ditambahkan Dalam Kegiatan Harian, Maka Komposisi Waktu Kegiatan Menjadi Seperti Berikut:

Tabel 3: Alokasi Waktu Untuk Mahasiswa Tahfidz Setelah Pengurangan
Kegiatan
Alokasi Waktu
Prosentase
Persiapan Materi Kuliah, Ujian Dsb
1 Jam (2-1 Jam)
4,1 %
Mengikuti Perkuliahan, Seminar Dsb
2 Jam (4-2 Jam)
8,3 %
Menyelesaikan Tugas, Membuat Artikel Dsb
1 Jam
4,1 %
Organisasi, Silaturrahmi, Pertemuan Dsb
1 Jam (2-1 Jam)
4,1 %
Istirahat, Sholat, Makan Dsb
2 Jam (3-1 Jam)
8,3 %
Tidur
5 Jam (8-3 Jam)
20,8 %
Bersih-Bersih Baju, Kamar, Kerja Bakti Dsb
2 Jam
8,3 %
Hiburan, Belanja, Jalan-Jalan Dsb
1 Jam (2-1 Jam)
4,1 %
Tahfidz
9 Jam
37,5 %
Total
24 Jam
100 %
Dari Tabel Di Atas, Secara Jelas Diketahui Bahwa Mahasiswa Yang Akan Menghafalkan Al-Quran Penuh (30 Juz) Harus Siap Melakukan Riyadlah (Latihan Lahir Batin) Dan Mujahadah (Latihan Hidup Prihatin) Yang Mungkin Sangat Melelahkan. Tidur Yang Biasanya Memakan Waktu 8 Jam Dalam Sehari Semalam, Harus Dikurangi Menjadi 5 Jam. Demikian Juga Semua Kegiatan Yang Sifatnya Rekreatif, Penyaluran Hobbi Semaksimal Mungkin Dikurangi, Apalagi Sekadar Ngrumpi, Ngobrol, Cuci Mata Dan Sebagainya, Mutlak Harus Ditinggalkan. Apabila Seorang Mahasiswa Memiliki Tekad Kuat Untuk Menghafal Penuh, Maka Sebaiknya Disusun Target Secara Sistematis Sebagaimana Contoh Di Bawah Ini:
Contoh Target Program Hafalan 30 Juz (Dari Nol) Selama 4 Tahun Kuliah

Bulan Ke
1-2
3-4
5-6
7-8
9-10
11-12
Tahun Pertama
(Semester 1-2)
Fashahah Binnadhar
Juz 1-10
Fashahah Binnadhar
Juz 11-20
Fashahah Binnadhar
Juz 21-30
Tahfidz Juz 1
Tahfidz Juz 2
Tahfidz Juz 3
Tahun Kedua
(Semester 3-4)
Tahfidz Juz 4-5
Tahfidz Juz 6-7
Tahfidz Juz 8-9
Tahfidz Juz 10-11
Tahfidz Juz 12-13
Tahfidz Juz 14-15
Tahun Ketiga
(Semester 5-6)
Tahfidz Juz 16-17
Tahfidz Juz 18-19
Tahfidz Juz 20-21
Tahfidz Juz 22-23
Tahfidz Juz 24-25
Tahfidz Juz 26-27
Tahun Keempat
(Semester 7-8)
Tahfidz Juz 28
Tahfidz Juz 29
Tahfidz Juz 30
Murajaah Juz 1-10
Murajaah
Juz 11-20
Murajaah Juz 21-30
Pada Tahun Pertama (Semester 1 Dan 2) Biasanya Mahasiswa Mendapat Beban Matakuliah Yang Banyak (Sekitar 24 Sks), Belum Lagi Program Intensif Bahasa Dan Matrikulasi Yang Padat, Sehingga Dirancang Enam Bulan Pertama (Semester 1) Mahasiswa Hanya Latihan Fashahah, Tajwid, Dan Tanda Waqaf Saja, Mulai Juz Awal Sampai Khatam, Kemudian Pada Semester Kedua Mulai Menghafal Sedikit Demi Sedikit, Yakni Dalam Setiap Dua Bulan Ditargetkan Satu Juz Saja.
Pada Tahun Kedua Ditargetkan Satu Bulan Satu Juz Saja, Berarti Minimal Perhari Harus Menambah Hafalan Satu Halaman Sehingga Dalam Waktu 20 Hari (Dengan Asumsi Satu Juz Ada 20 Halaman Untuk Al-Quran Pojok Mushaf Madinah Atau Terbitan Menara Kudus), Sudah Genap Satu Juz Dan Sisanya Dipakai Untuk Melancarkan.
Setelah Mahasiswa Memasuki Semester 7-8, Biasanya Mereka Sangat Disibukkan Oleh Program Kkn, Ppl, Penulisan Skripsi. Untuk Itu Target Hafalan Dikurangi Dari Dua Menjadi Satu Juz  Dalam Dua Bulan. Pada Enam Bulan Terakhir Pada Tahun Keempat, Terdapat Sisa Waktu Yang Cukup Untuk Menyelesaikan Target Atau Kalau Sudah Selesai, Mereka Harus Banyak Melakukan Murajaah Dengan Harapan Dalam Setiap Dua Bulan (Dari 6 Bulan Terakhir) Mampu Melancarkan Minimal Sepuluh Juz Yang Telah Dihafal. Bisa Saja, Melakukan Pentashihan Ke Beberapa Guru Al-Quran Di Beberapa Pondok Pesantren.
Contoh Alokasi Waktu Di Atas Berlaku Juga Untuk Para Penghafal Dari Kalangan Mahasiswi, Dengan Asumsi Mereka Mengikuti Pendapat Yang Membolehkan Wanita Yang Menstruasi Membaca Al-Quran Seperti Imam Malik Dan Imam Ibnu Taimiyah. Namun Bagi Mereka Yang Konsisten Dengan Pendapat Yang Mengharamkan Membaca Al-Quran, Perlu Ada Penyesuaian Jadwal Dan Perbedaannya Tidak Terlalu Signifikan, Misalnya Dari Target 2 Juz Perbulan Dirubah Menjadi 1,5 Juz. Bisa Juga Target Akhirnya Sama Yaitu Selesai Dalam Waktu 4 Tahun, Hanya Saja Jumlah Penambahan Hafalan Harian Di Tambah, Dari Satu Halaman Perhari Menjadi 1,5 Halaman. Intinya Perencanaan Itu Penting Untuk Mengawal Dan Mengarahkan Usaha Kita Agar Sesuai Cita-Cita Dan Tujuan.
Adapun  Waktu Yang Sangat Tepat Untuk Melakukan Murajaah (Pengulangan) Hafalan Adalah Waktu Di Sela-Sela Mengerjakan Shalat–Shalat Sunnah, Baik Di Masjid Maupun Di Kamar Ma’had/Kos. Hal Ini Dikarenakan Saat Shalat Seseorang Fokus Menghadap Allah, Inilah Yang Membantu Kita Dalam Melancarkan Hafalan. Berbeda Ketika Di Luar Shalat, Seseorang Cenderung Untuk Bosan Berada Dalam Satu Posisi, Ia Ingin Selalu Bergerak, Kadang Matanya Melihat Ke Kanan Atau Kiri, Atau Akan Melihat Obyek Yang Dianggap Menarik, Atau Bahkan Mungkin Seseorang Akan Menghampirinya Dan Mengajaknya Ngobrol. Berbeda Dengan Orang Yang Sedang Shalat, Temannya Yang Punya Kepentingan Kepadanya-Pun Terpaksa Harus Menunggu Hingga Shalat Usai Dan Tidak Berani Mendekat.
                                                             Target Dan Beban Menghafal
Target Selesai
Waktu Menghafal
Waktu Melancarkan
Hafalan Perhari
Murajaah Perhari
1 Tahun
300 Hari
65 Hari
30 Baris (2 Halaman)
Min 5 Juz
2 Tahun
600 Hari
130 Hari
15 Baris (1 Halaman)
Min 2 Juz
3 Tahun
900 Hari
195 Hari
10 Baris (2/3 Halaman)
Min 1,5 Juz
4 Tahun
1200 Hari
260 Hari
7.5 (1/5 Halaman)
Min 1 Juz
5 Tahun
1500 Hari
325 Hari
6 Baris
Min 1 Juz
6 Tahun
1800 Hari
65 Hari
5 Baris (1/3 Halaman)
Min 1 Juz

2. Manajemen Strategi/Metode
Sebenarnya Banyak Sekali Metode Yang Bisa Digunakan Untuk Menghafal Al-Quran, Masing-Masing Orang Akan Mengambil Metode Yang Sesuai Dengan Kondisi Masing-Masing. Di Sini Akan Disebutkan Dua Metode Yang Sering Dipakai Oleh Sebagian Penghafal, Dan Terbukti Sangat Efektif, Yaitu:
Metode Pertama: Menghafal Satu Persatu Halaman (Menggunakan Mushaf Madinah Atau Menara Kudus). Kita Membaca Satu Halaman Yang Akan Kita Hafal Sebanyak Tiga Atau Lima Kali, Setelah Itu Kita Baru Mulai Menghafal. Setelah Hafal Satu Halaman, Baru Kita Pindah Kepada Halaman Berikutnya Dengan Cara Yang Sama. Dan Hindari Pindah Ke Halaman Berikutnya Dalam Kondisi Hafalan Yang Labil (Belum Kuat), Agar Beban Hafalan Baru Tidak Menumpuk.
Metode Kedua : Menghafal Ayat Per Ayat , Yaitu Membaca Satu Ayat Yang Mau Kita Hafal Tiga Atau Lima Kali Secara Benar, Setelah Itu, Kita Baru Menghafal Ayat Tersebut. Setelah Selesai, Kita Pindah Ke Ayat Berikutnya Dengan Cara Yang Sama, Dan Begitu Seterusnya Sampai Satu Halaman. Akan Tetapi Sebelum Pindah Ke Ayat Berikutnya Kita Harus Mengulangi Apa Yang Sudah Kita Hafal Dari Ayat Sebelumnya. Setelah Satu Halaman, Maka Kita Mengulanginya Sebagaimana Yang Telah Diterangkan Pada Metode Pertama.
Untuk Menunjang  Kualitas Bacaan Dan Hafalan, Kita Melakukan Tasmi’(Memperdengarkan) Kepada Seorang Ustadz Al-Quran, Agar Beliaau Membenarkan Bacaan Kita Yang Salah. Ini Dimaksudkan Untuk Meminimalisir Kesalahan Yang Timbul.
Faktor Lain Yang Menguatkan Hafalan Adalah Menggunakan Seluruh Panca Indera Yang Kita Miliki. Maksudnya Kita Menghafal Bukan Hanya Dengan Mata Saja, Akan Tetapi Juga Membaca Dengan Mulut Kita, Dan Kalau Perlu Kita Lanjutkan Dengan Menulisnya Ke Dalam Buku Atau Papan Tulis, Sebagaimana Yang Diterapkan Di Sebagian Daerah Di Maroko, Yakni Dengan Menuliskan Hafalan Di Atas Papan Kecil Yang Dipegang Oleh Murid, Setelah Mereka Menghafalnya Di Luar Kepala, Baru Tulisan Tersebut Dicuci Dengan Air.
Menggunakan Satu Jenis Mushaf Al-Quran Juga Dapat Menguatkan Hafalan. Jangan Sekali-Kali Pindah Dari Satu Jenis Mushaf Kepada Yang Lain. Karena Mata Kita Akan Ikut Menghafal Apa Yang Kita Lihat. Jika Kita Melihat Satu Ayat Lebih Dari Satu Posisi, Jelas Itu Akan Mengaburkan Hafalan Kita. Masalah Ini, Sudah Dihimbau Oleh Penyair Dalam Tulisannya :
الْعَيْنُ تَحْفَظُ قَبْلَ الْأُذُنِ مَا تُبْصِرُ فَاخْتَرْ لِنَفْسِكَ مُصْحَفَ عُمْرِكَ الْبَاقِيْ
“ Mata Akan Menghafal Apa Yang Dilihatnya- Sebelum Telinga, Maka Pilihlah Satu Mushaf Untuk Anda Selama Hidupmu. “
Ada Beberapa Model Penulisan Mushaf, Di Antaranya Adalah: Mushaf Madinah Atau Terkenal Dengan Al-Quran Pojok, Satu Juz Dari Mushaf Ini Terdiri Dari 10 Lembar, 20 Halaman, 8 Hizb, Dan Setiap Halaman Dimulai Dengan Ayat Baru. Mushaf Madinah (Mushaf Pojok) Ini Paling Banyak Dipakai Oleh Para Pengahafal Al-Quran, Banyak Dibagi-Bagikan Oleh Pemerintah Saudi Kepada Para Jama’ah Haji. Cetakan-Cetakan Al-Quran Sekarang Merujuk Kepada Model Mushaf Seperti Ini. Untuk Penerbit Indonesia, Ada Model Mushaf Yang Dipakai Oleh Sebagian Pondok Pesantren Tahfidh Al-Quran Yaitu Terbitan Menara Kudus.
Faktor Lain Yang Mendukung Hafalan Adalah Memperhatikan Ayat-Ayat Yang Serupa (Mutasyabih). Biasanya Seseorang Yang Tidak Memperhatikan Ayat-Ayat Yang Serupa (Mutasyabih), Hafalannya Cendeung Tumpang Tindih Antara Satu Dengan Lainnya. Ayat Yang Ada Di Juz Lima Misalnya Akan Terbawa Ke Juz Sepuluh. Ayat Yang Semestinya Ada Di Surat Al-Ma-Idah Akan Terbawa Ke Surat Al-Baqarah, Dan Begitu Seterusnya. Di Bawah Ini Ada Beberapa Contoh Ayat-Ayat Serupa (Mutasyabihah) Yang Seseorang Sering Melakukan Kesalahan Ketika Menghafalnya :
1- (وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ﴾ البقرة 173 È ﴿وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115
2- (ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير الحق) البقرة 61، آل عمران21 È (وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بغير حق) آل عمرن 112.
Untuk Melihat Ayat–Ayat Mutasyabihat Seperti Ini Secara Lebih Lengkap Boleh Dirujuk Buku–Buku Mutasyabihat Al-Quran, Karya Abul Husain Bin Al Munady,Pedoman Ayat Mutasyabihat, Karya Kh. Mustain Syafi’i  Dll.
3. Manajemen Istiqamah
Setelah Al-Quran Dihafal Secara Penuh (30 Juz), Seringkali Seorang Hafidz Disibukkan Oleh Studinya, Kegiatan Rumah Tangga Atau Sibuk Dengan Pekerjaan, Sehingga Kerap Kali Al-Qur’an Yang Sudah Dihafalnya Beberapa Tahun, Akhirnya Hanya Tinggal Kenangan Saja. Yang Terpenting Dalam Hal Ini Bukanlah Menghafal, Karena Banyak Orang Mampu Menghafal Al-Quran Dalam Waktu Yang Sangat Singkat, Akan Tetapi Yang Paling Penting Adalah Bagaimana Kita Melestarikan Hafalan Tersebut Agar Tetap Terus Ada Dalam Dada Kita.
Sering Diungkapkan Bahwa Tugas Seorang Hafidz Adalah Menjaga Hafalan. Istilah “Menjaga Hafalan” Ini Sebenarnya Cenderung Negatif, Sebab Dikesankan Bahwa Seorang Hafidz Itu Tugasnya Seperti Petugas Security (Satpam) Yang Hanya Menjaga Dan Tidak Menikmati Apa Yang Dijaganya. Bayangan Yang Muncul Di Benak Masyarakat Umum, Bahwa Menghafal Al-Quran Itu Identik Dengan Menambah Beban Hidup Menjadi Lebih Berat. Saatnya Kita Rubah Istilah Tersebut Dengan “Melestarikan Hafalan Atau Menikmati Al-Quran”, Sehingga Tidak Dianggap Sebagai Beban, Melainkan Sebagai Sarana Hiburan Diri.
Di Sinilah Letak Perbedaan Antara Orang Yang Benar-Benar Istiqamah Dengan Orang Yang Hanya Rajin Pada Awalnya Saja. Karena, Untuk Melestarikan Hafalan Diperlukan Kemauan Yang Kuat Dan Istiqamah Yang Tinggi. Dia Harus Meluangkan Waktunya Setiap Hari Untuk Mengulangi Hafalannya. Banyak Cara Untuk Menjaga Hafalan Al-Quran, Masing-Masing Tentunya Memilih Yang Terbaik Untuknya.
Mengulangi Hafalan Perlu Dilakukan Dalam Shalat Lima Waktu. Seorang Muslim Tentunya Tidak Pernah Meninggalkan Shalat Lima Waktu, Hal Ini Hendaknya Dimanfaatkan Untuk Mengulangi Hafalannya. Agar Terasa Lebih Ringan, Hendaknya Setiap Shalat Dibagi Menjadi Dua Bagian, Sebelum Shalat Dan Sesudahnya. Misalnya, Sebelum Shalat: Sebelum Adzan, Dan Waktu Antara Adzan Dan Iqamah. Apabila Dia Termasuk Orang Yang Rajin Ke Masjid, Sebaiknya Pergi Ke Masjid Sebelum Azan Agar Waktu Untuk Mengulangi Hafalannya Lebih Panjang. Kemudian Setelah Shalat, Yaitu Setelah Membaca Dzikir Ba’da Shalat Atau Dzikir Pagi Pada Shalat Shubuh Dan Setelah Dzikir Selepas Shalat Asar. Seandainya Saja, Ia Mampu Mengulangi Hafalannya Sebelum Shalat Sebanyak Seperempat Juz Dan Sesudah Shalat Seperempat Juz Juga, Maka Dalam Satu Hari Dia Boleh Mengulangi Hafalannya Sebanyak Dua Juz Setengah.
Dengan Model Istiqamah Seperti Ini, Bisa Jadi Seseorang Mampu Mengkhatamkan Hafalannya Setiap Dua Belas Hari Sekali, Tanpa Menyita Waktunya Sedikitpun. Kalau Dia Mampu Menyempurnakan Setengah Juz Setiap Hari Pada Shalat Malam Atau Shalat-Shalat Sunnah Lainnya, Berarti Dia Bisa Menyelesaikan Setiap Harinya Tiga Juz, Dan Mampu Mengkhatamkan Al-Quran Pada Setiap Sepuluh Hari Sekali. Banyak Para Ulama Terdahulu Yang Menghatamkan Hafalannya Setiap Sepuluh Hari Sekali. Ada Sebagian Orang Yang Mengulangi Hafalannya Pada Malam Hari Saja, Yaitu Ketika Ia Mengerjakan Shalat Tahajjud. Biasanya Dia Menghabiskan Shalat Tahajjudnya Selama Dua Jam. Cuma Kita Tidak Tahu, Selama Dua Jam Itu Berapa Juz Yang Ia Sanggup Baca. Menurut Ukuran Umum, Hafalan Yang Lancar, Bisa Menyelesaikan Satu Juz Dalam Waktu Setengah Jam. Berarti, Selama Dua Jam Dia Boleh Menyelesaikan Dua Sampai Tiga Juz, Dengan Dikurangi Waktu Sujud, Ruku, Dan Duduk Tasyahhud.
Ada Juga Sebagian Orang Yang Mengulangi Hafalannya Dengan Cara Masuk Dalam Majlis Para Penghafal Al-Quran. Kalau Majlis Tersebut Diadakan Setiap Tiga Hari Sekali, Dan Setiap Peserta Wajib Mendengarkan Hafalannya Kepada Temannya Lima Juz Berarti Masing-Masing Dari Peserta Mampu Mengkhatamkan Al-Quran Setiap Lima Belas Hari Sekali.
4. Manajemen Tempat
Tempat Yang Kondusif Akan Memberikan Pengaruh Signifikan Terhadap Kesuksesan Menghafal. Mereka Yang Tinggal Di Lingkungan Yang Acuh Tak Acuh Atau Bahkan Anti Mendengar Lantunan Al-Quran, Akan Merasa Canggung Untuk Menghafal Setiap Saat. Sebaliknya Mereka Yang Tinggal Di Pesantren Khusus Tahfidz, Akan Merasakan Sebuah Lingkungan Yang Kondusif, Mau Menghafal Kapan Saja Dan Di Mana Saja Dan Dengan Cara Apapun, Dan Hal Itu Tidak Ada Problem.
Secara Umum, Tempat Yang Paling Kondusif Untuk Menghafal Adalah Masjid. Namun, Kadang Masing-Masing Orang Memiliki Selera Dan Tingkat Kejenuhan Yang Berbeda, Sehingga Diperlukan Alternatif Tempat Lain Yang Sunyi, Seperti: Di Sawah, Sungai, Pesisir, Makam, Terutama Makam Ulama-Ulama Terkenal, Seperti Makam Syeikh Hasyim Asyari Jombang Yang Sering Dipakai Tempat Menghafal Oleh Santri-Santri Pesantren “Madrasatul Al-Quran”.
Bagi Seseorang Yang Sudah Hafal Dan Lancar, Tempat Tidak Lagi Menjadi Soal. Sebab, Ia Bisa Melakukan Murajaah Di Manapun; Di Atas Pesawat Terbang, Motor, Mobil Atau Di Tempat Keramaian Sekalipun. Terutama, Saat Mushaf Al-Quran Sudah Dapat Dimasukkan Ke Ponsel (Hp), Dengan Begitu Tidak Ada Lagi Rasa “Sungkan” Membawa Dan Membaca Al-Quran Di Tengah Kerumunan Massa. Tentu, Itu Dilakukan Dengan Suara Pelan Yang Tidak Mengusik Atau Menyita Perhatian Orang Lain.


Penjabaran dari  Metode menghafal Al-Qur’an :
metode untuk menghafal Al-Quran yang memiliki keistimewaan berupa kuatnya hafalan dan cepatnya proses penghafalan. Kami akan jelaskan metode ini dengan membawa contoh satu halaman dari surat Al-Jumu’ah:
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali :
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali:
وَآَخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali:
ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
5. Bacalah keempat ayat ini dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan keempat ayat tersebut
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali:
قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali:
وَلَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
10. Bacalah ayat kelima sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan keempat ayat tersebut
11. Bacalah ayat pertama sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk menguatkan/meng-itqankan hafalan untuk halaman ini
Demikianlah ikuti cara ini dalam menghafal setiap halaman Al-Qur’an. Dan janganlah menghafal lebih dari seperdelapan juz dalam setiap hari agar tidak berat bagi anda untuk menjaganya.
Bagaimana cara menggabungkan antara menambah hafalan dan muraja’ah?
Janganlah anda menghafal Al-Quran tanpa proses muraja’ah/pengulangan. Hal ini dikarenakan jika anda terus menerus menambah hafalan Al-Quran lembar demi lembar hingga selesai kemudian anda ingin untuk mengulang kembali hafalan anda dari awal maka hal itu akan berat dan anda dapati diri anda telah melupakan hafalan yang lalu. Oleh karena itu, jalan terbaik (untuk menghafal) adalah dengan menggabungkan antara menambah hafalan dan muraja’ah.
Bagilah Al-Quran menjadi 3 bagian dimana setiap bagian terdiri dari 10 juz. Jika anda menghafal satu halaman setiap hari, maka ulangilah 4 halaman sebelumnya sampai anda menghafal 10 juz. Jika anda telah mencapai 10 juz, maka berhentilah selama sebulan penuh untuk muraja’ah dengan cara mengulang-ngulang 8 halaman dalam setiap harinya.
Setelah sebulan penuh muraja’ah, maka mulailah kembali untuk menambah hafalan yang baru baik satu atau dua halaman setiap harinya tergantung kemampuan serta barengilah dengan muraja’ah sebanyak 8 halaman dalam sehari. Lakukan ini sampai anda menghafal 20 juz. Jika anda telah mencapainya, maka berhentilah dari menambah hafalan baru selama 2 bulan untuk mengulang 20 juz. Pengulangan ini dilakukan dengan mengulang 8 halaman setiap hari.
Setelah 2 bulan, mulailah kembali menambah hafalan setiap hari sebanyak satu sampai dua halaman dengan dibarengi muraja’ah/pengulangan 8 halaman sampai anda menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.
Jika anda telah selesai menghafal seluruh Al-Qur’an, ulangilah 10 juz pertama saja selama satu bulan dimana setiap hari setengah juz. Kemudian ulangilah 10 juz kedua selama satu bulan dimana setiap hari setengah juz bersamaan dengan itu ulangilah pula 8 halaman dari 10 juz pertama. Kemudian ulangilah 10 juz terakhir selama satu bulan dimana setiap hari setengah juz bersamaan dengan itu ulangilah pula 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.
Bagaimana cara memuraja’ah/mengulang Al-Quran seluruhnya jika saya telah menyelesaikan system muraja’ah diatas?
Mulailah dengan memuraja’ah Al-Qur’an setiap hari sebanyak 2 juz. Ulangilah sebanyak 3 kali setiap hari hingga anda menyelesaikan Al-Qur’an setiap 2 minggu sekali. Dengan melakukan metode seperti ini selama satu tahun penuh, maka –insya Allah- anda akan dapat memiliki hafalan yang mutqin/kokoh.
Apa yang harus dilakukan setelah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dalam satu tahun?
– Setelah setahun mengokohkan hafalan Al-Qur’an dan muraja’ahnya, jadikanlah Al-Qur’an sebagai wirid harian anda sampai akhir hayat sebagaimana Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjadikannya sebagai wirid harian. Adalah wirid Rasulullah dengan membagi Al-Qur’an menjadi 7 bagian sehingga setiap 7 hari Al-Qur’an dapat dikhatamkan. Berkata Aus bin Hudzaifah رحمه الله: Aku bertanya pada sahabat-sahabat Rasulullah – صلى الله عليه وسلم – tentang bagaimana mereka membagi Al-Qur’an (untuk wirid harian). Mereka berkata: 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, dan dari surat Qaf sampai selesai. (HR. Ahmad). Yaitu maksudnya mereka membagi wirid Al-Quran sebagai berikut:
– Hari pertama: membaca surat “al fatihah” hingga akhir surat “an-nisa”,
– Hari kedua: dari surat “al maidah” hingga akhir surat “at-taubah”,
– Hari ketiga: dari surat “yunus” hingga akhir surat “an-nahl”,
– Hari keempat: dari surat “al isra” hingga akhir surat “al furqan”,
– Hari kelima: dari surat “asy syu’ara” hingga akhir surat “yaasin”,
– Hari keenam: dari surat “ash-shafat” hingga akhir surat “al hujurat”,
– Hari ketujuh: dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-naas”.
Wirid Rasulullah – صلى الله عليه وسلم – di singkat oleh para ulama dengan perkataan: فمي بشوق (famii bisyauqi). Dimana setiap huruf dari kata ini merupakan surat awal dari kelompok surat yang dibaca setiap hari.
Bagaimana membedakan antara ayat-ayat mutasyaabih/mirip di dalam Al-Qur’an?
Cara yang paling afdhal jika anda mendapati 2 ayat yang mirip adalah dengan membuka mushaf pada setiap ayat yang mirip tersebut, lalu perhatikanlah perbedaan diantara kedua ayat tersebut kemudian berikanlah tanda yang dapat mengingatkan anda akan perbedaan itu. Lalu ketika anda memuraja’ah, perhatikanlah perbedaan yang anda tandai sebelumnya beberapa kali hingga anda mantap menghafal tentang kemiripan dan perbedaan diantara keduanya.
Kaidah-kaidah dan batasan-batasan dalam menghafal Al-Qur’an
o Wajib bagi anda menghafal dengan bantuan seorang ustadz/syeikh untuk membenarkan bacaan anda
o Hafallah 2 halaman setiap hari. Satu halaman setelah Subuh, dan satu halaman lagi sesudah Ashar atau sesudah Maghrib. Dengan cara ini, maka anda akan mampu menghafal Al-Qur’an seluruhnya dengan mutqin/kokoh dalam waktu satu tahun. Adapun jika anda menambah hafalan diatas 2 halaman setiap hari maka hafalan anda akan lemah disebabkan semakin banyaknya ayat yang harus dijaga..
o Hendaklah menghafal dari surat An-Naas sampai Al-Baqarah karena hal tersebut lebih mudah. Namun setelah selesai menghafal seluruh Al-Quran, hendaklah muraja’ah anda dimulai dari surat Al-Baqarah sampai An-Naas
o Hendaklah menghafal dengan menggunakan satu cetakan mushaf karena hal ini dapat menolong anda dalam memantapkan hafalan dan meningkatkan kecepatan dalam mengingat posisi-posisi ayat serta awal dan akhir setiap halaman Al-Qur’an.
o Setiap orang yang menghafal dalam 2 tahun pertama biasanya masih mudah kehilangan hafalannya. Masa ini dinamakan dengan Marhalah Tajmi’ (fase pengumpulan). Janganlah bersedih atas mudahnya hafalan anda hilang atau banyaknya kekeliruan anda. Karena memang fase ini merupakan fase cobaan yang sulit. Dan waspadalah, karena syaithan akan mengambil kesempatan ini untuk menggoda anda agar berhenti dari menghafal Al-Qur’an. Maka janganlah perdulikan rasa was-was syaithan tersebut dan teruskan menghafal karena sesungguhnya itu adalah harta yang sangat berharga yang tidak diberikan pada setiap orang.[Oleh: Asy-Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, imam dan khathib di Masjid Nabawi]
2. Metode Menghafal Al-Qur’an   Bagi para penghafal Al Quran yang pemula, menambah hafalan mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, murajaah juga semakin berat.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita „macet“ sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah „ayat macet“ menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Qur’an.
Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah tersebut?
Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut :
1.Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.
2.Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan ayat yang sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.
3.Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
4.Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10.
5.Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
6.Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat tsb. Ulang-ulang sampai lancar
Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.
Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:
1.Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat – ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya: untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat2 sunnah rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!
2.Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunyai
3.Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal – tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.
4.Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita
5.Mengatasi kasus „ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem ‚potong surat’ ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada „ pengait“ yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!
Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita mempunyai „petunjuk/milestones“ dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah „ayat-ayat pendek“, yaitu 10 ayat saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya.
3.  Perbaiki dan luruskan niat menghafal Al-Quran hanya untuk Allah SWT, perbanyak doa, jauhi
maksiat, kuatkan azam (tekad) dan istiqamah dalam menghafal dan murajaah.
Pertama : 10 menit setelah shalat subuh (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 pertama
dari satu halaman.
Kedua : 10 menit setelah shalat zhuhur (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 kedua dari satu
halaman.
Ketiga : 10 menit setelah shalat ashar (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 ketiga dari satu
halaman.
Keempat : 10 menit setelah shalat maghrib (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 keempat dari satu
halaman.
Kelima : 10 menit setelah shalat isya (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 kelima dari satu halaman.
Keenam : Dan yang terakhir 10 menit setelah shalat witir untuk melakukan muraja’ah
(pengulangan) yang telah kamu hafal sejak subuh tadi. Dengan demikian anda telah
melalui hari ini dengan menghafal Al-Quran satu halaman penuh.
Selanjutnya luangkan waktu khusus, seperti hari jumat, untuk melakukan murajaah hafalan yang telah
anda lakukan dalam satu pekan ini.
Dengan demikian atas izin Allah anda telah berhasil menuntaskan hafalan setengah juz dalam tempo 10
hari.
Macam-Macam Metode Menghafal Al-Quran, Diantaranya:
A. Metode Efektif
Macam-Macam Cara Menghafal Al-Qur’an Saat Ini Sudah Banyak Hafizh Yang Membukukan Pengalaman Menghafal Mereka. Ada Juga Tulisan-Tulisan Tentang Metode Untuk Acuan Dan Panduan Bagi Para Santri Dan Mahasiswa, Seperti Di Madrasatul Quran Tebu Ireng Jombang, PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) Jakarta Dan IIQ (Institut Ilmu Al-Qur’an) Jakarta.
Dalam Hal Cara Atau Metode Menghafal Al-Qur’an Yang Efektif Berlaku Keberagaman, Bukan Keseragaman. Maksudnya, Antara Satu Dan Lain Orang Berlaku Metode Yang Tidak Sama, Tergantung Pada Karakter, Daya Serap Dan Daya Ingat Masing-Masing. Metode Yang Terbukti Jitu Bagi Seseorang Belum Tentu Jitu Pula Bagi Orang Lain.
Berkaitan Dengan Ini, Ada Orang-Orang Yang Dapat Menemukan Sendiri Metode Yang Tepat Bagi Mereka. Tetapi Tak Sedikit Pula Orang Yang Bingung Dan Perlu Menimba Pengalaman Orang Lain Serta Bim- Bi- Ngan Guru Untuk Sampai Pada Metode Yang Tepat Bagi Dirinya. Bab Ini Akan Memperkenalkan Dan Menyuguhkan Beberapa Metode Menghafal Yang Telah Dipraktekkan Banyak Orang Dan Diterapkan Di Lembaga-Lembaga Tahfizh Al-Qur’an, Khususnya Di PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) Jakarta. Lembaga Ini Dipilih Karena Yang Dipraktekkan Di Sana Cukup Mewakili Metode-Metode Yang Ada.
PTIQ Adalah Lembaga Pendidikan Tinggi Yang Mengharuskan Ma- Hasiswanya Untuk Menghafal Al-Qur’an Baik Sebagian Maupun Seluruh Al-Qur’an. Di Lembaga Ini Diterapkan Tiga Metode, Dan Mahasiswa Dipersilakan Memilih Salah Satunya. Ketiga Metode Dimaksud Ialah:
Metode S (Seluruhnya), Yaitu Metode Di Mana Mahasiswa Membaca Satu Halaman Dari Baris Pertama Sampai Baris Terakhir Secara Beru- Lang-Ulang Sampai Hafal.
Metode B (Bagian), Yaitu Menghafal Ayat Demi Ayat Atau Kalimat Demi Kalimat Yang Dirangkaikan Sampai Satu Halaman.
Metode C (Campuran), Yaitu Kombinasi Antara Metode S Dan B. Dalam Metode Ini Mula-Mula Mahasiswa Membaca Satu Halaman Berulang-Ulang, Kemudian Pada Bagian Tertentu Dihafal Tersendiri, Lantas Diulang-Ulang Kembali Secara Keseluruhan.
Di Antara Ketiga Metode Tersebut, Yang Terakhir Tampaknya Paling Banyak Dipakai Orang Dalam Menghafal Al-Qur’an. Inilah, Dalam Prakteknya, Yang Biasanya Dilakukan Calon Penghafal Al-Qur’an:
Yang Paling Mula Ialah Dia Membaca Seluruh Ayat Yang Hendak Di- Hafalkan Dalam Satu Halaman Dengan Cara Melihat Mushhaf (Bi Al- Nazhar). Dia Membacanya Berulang-Ulang Sambil Mengamatinya Dengan Cermat, Sehingga Memperoleh Gambaran Menyeluruh Ten- Tang Lafal Maupun Urutan Ayat -Ayatnya. Perlu Ditekankan, Hendaknya Dia Membaca Ayat-Ayat Tersebut Dengan Benar Dan Cermat, Baik Huruf, Harakat Maupun Panjang-Pendeknya, Supaya Yang Masuk Ke Dalam Memori Pada Fase Paling Awal Adalah Bacaan Yang Benar. Membaca Dengan Benar Juga Membantu Penghafalan Dan Pemeliharaan Al-Qur’an Secara Lebih Mudah.
Selanjutnya Dia Menghafal Ayat-Ayat Tersebut Sedikit Demi Sedikit. Misalnya Satu Baris, Beberapa Kalimat Atau Sepotong Ayat Yang Pendek. Dia Membacanya Berulang-Ulang Secara Hafalan Sampai Tidak Ada Kesalahan.
Setelah Satu Baris Atau Beberapa Kalimat Tersebut Dapat Dihafal Dengan Lancar, Mulailah Dia Menambah Hafalan Dengan Merangkaikan Baris Atau Kalimat Berikutnya, Sehingga Sempurna Satu Ayat. Kemudian Rangkaian Ayat Tersebut Diulang Kembali Sampai Benar-Benar Dihafal.
Sesudah Materi Satu Ayat Dapat Dihafal Dengan Lancar, Dia Berpindah Ke Materi Ayat Berikutnya. Untuk Merangkaikan Hafalan Urutan Kalimat Dan Ayat Dengan Benar, Setiap Selesai Menghafal Materi Atau Ayat Berikut, Dia Harus Selalu Mengulang-Ulanginya: Ayat Pertama Dirangkaikan Dengan Ayat Kedua Dan Begitu Seterusnya.
Setelah Ayat-Ayat Dalam Satu Halaman Selesai Dihafal, Hendaknya Dia Membaca Kembali Dari Awal Halaman Secara Hafalan, Dan Begitu Seterusnya Sampai Tidak Ada Kesalahan, Baik Lafal Maupun Urutan Ayat-Ayatnya. Jika Dia Menemukan Lafal-Lafal Yang Sulit Dihafal, Lafal-Lafal Yang Serupa Atau Lafal-Lafal Yang Hampir Serupa Dengan Lafal Lain, Hendaknya Ini Mendapat Perhatian Khusus. Begitu Pula Dengan Penutup Atau Ujung Setiap Ayat, Perlu Diperhatikan Secara Seksama.
Setelah Halaman Yang Ditentukan Dapat Dihafal Dengan Baik Dan Lancar, Dilanjutkan Dengan Menghafal Halaman Berikutnya.
Dalam Hal Merangkai Halaman, Perlu Diperhatikan Sambungan Akhir Halaman Tersebut Dengan Awal Halaman Berikutnya, Sehingga Hafalan Tersebut Sambung Menyambung. Karena Itu, Setiap Selesai Satu Halaman, Perlu Juga Diulang Dengan Dirangkaikan Dengan Halaman-Halaman Berikutnya.
Dengan Hafalan Minimal Dua Halaman Itu, Mahasiswa Menghadap Kepada Instruktur Untuk Di-Tashhih (Disimak Dan Dibetulkan) Hafalannya Serta Mendapatkan Petunjuk-Petunjuk Dan Bimbingan Seperlunya.
B. Metode Lauhun
Selain Metode-Metode Yang Sudah Ada Itu, Ada Pula Metode Lain Yang Hendak Penulis Tawarkan Di Sini. Yaitu Metode Yang Pernah Digunakan Oleh Para Pendahulu, Termasuk Orang Tua Dan Guru Penulis KH. Zainur Jaya Dan KH. Adlan Alie, Syaikh Abd Qadir Abd. Azhim, Guru Besar Tahfizh Al-Qur’an, Qira’at Dan Nagham PTIQ Dari Mesir, Yaitu “Metode Lauhun”. Orang Dulu Menyebut Setoran Hafalan Baru Dengan “Lauh”. Lauh Yaitu Menyetorkan Atau Menyimakkan Hafalan Baru Kepada Instruktur Atau Pembimbingnya. Sedangkan Mengulang Hafalan Yang Diperdengarkan Kepada Instruktur, Pembimbing Pada Waktu “Lauh” Disebut Deresan Atau Takrir2 (Istilah Di PTIQ/IIQ Jakarta).
Mengapa Disebut Lauh? Karena Sebelum Menghafal Materi Baru, Ayat Ditulis Dulu Di Sabak (Papan Kecil Terdiri Dari Batu) Satu Ayat Ditulis Sebagian Atau Separuhnya Ayat Dibaca Berulang-Ulang Kali Sampai Terbayang Letak Baris Dan Posisinya, Setelah Itu Tulisan Dihapus Lalu Dibaca Dengan Hafalan. Setelah Sebagian Ayat Ini Hafal Dan Masuk Ke Memori Otak, Baru Disempurnakan Menghafal Bagian Ayat Berikutnya Dengan Cara Yang Sama, Yaitu Ditulis Terlebih Dahulu Di Sabak (Papan Tulis Kecil Terdiri Dari Batu) Dibaca Bi Al-Nazhar Berulang-Ulang Hingga Lancar Dan Terbayang Letak Baris Dan Posisi Ayat. Setelah Itu Tulisan Dihapus, Lalu Dibaca Dengan Tanpa Melihat Tulisan (Hafalan) Hingga Lancar Tanpa Ada Salah Dan Telah Terekam Di Memori Otak.
Kemudian Potongan Ayat Pertama Yang Sudah Dihafal Dengan Baik Tadi Dirangkaikan Dengan Potongan Ayat Berikutnya Dan Dihafal Ulang Berkali- Kali Tanpa Ada Salah. Setelah Satu Ayat Ini Dikuasai Dan Dihafal Dengan Baik Dan Lancar, Baru Boleh Melangkah Menghafal Ayat Berikutnya Dengan Cara Yang Sama.
Sesudah Ayat Kedua Dikuasai Serta Dihafal Dengan Baik Dan Lancar, Maka Ayat Tersebut Diulang Lagi Dengan Merangkaikan Ayat Pertama Dan Kedua Dengan Hafalan Baik, Benar, Dan Lancar, Baru Boleh Melangkah Menghafal Ayat Berikutnya Dengan Cara Yang Sama Pada Ayat Pertama Dan Kedua.
Begitu Seterusnya Dari Kalimat Per Kalimat, Ayat Per Ayat, Hala- Man Per Halaman. Tidak Boleh Terputus, Tapi Harus Dirangkaikan Dan Di Ulang-Ulang Terus Hingga Terekam Di Memori Otak.
Di Era Global Dan Teknologi Canggih Ini, Alat Sabak Tidak Lagi Diperlu- Kan Dan Pabriknya Pun Tidak Ada. Para Calon Penghafal Bisa Menggunakan Laptop Atau Komputer Dengan Cara Buka-Tutup Layar Monitor Atau Buka Tutup Mata. Setelah Berhasil Menghafalkan Ayat-Ayat Yang Ditentukan, Misalnya Satu Pojok Dalam Satu Hari, Dia Menyetorkannya Pada Instruktur Untuk Disimak Dan Di-Tashih Serta Mendapatkan Bimbingan Seperlunya.
Untuk Membantu Orang Menghafal Dengan Baik Dan Lancar, Memang Diperlukan Seorang Instruktur, Guru Atau Pembimbing. Bila Seseorang Menghafal Al-Qur’an Tanpa Guru, Instruktur Atau Pembimbing, Maka Dia Cenderung Sesat. Dia Tidak Sadar Manakala Bacaan Hafalannya Salah. Oleh Karena Itu, Peranan Instruktur, Guru Atau Pembimbing Sangat Penting.
Pada Waktu Menyetor Hafalan Materi Kedua, Materi Hafalan Yang Pertama Harus Disetor Ulang. Begitu Juga Seterusnya, Setelah Setor Materi Baru Diawali Dengan Menyetor Materi Lama Minimal 10 Halaman Dan Maksimal 20 Halaman.
C. Menghafal Dengan Alat Bantu
Sebagaimana Alat Bantu Bermanfaat Untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Demikian Pula Alat Bantu Berguna Untuk Kegiatan Menghafal Al-Qur’an. Pemanfaatan Alat Bantu Ini Sudah Dilakukan Orang Sejak Lama. Dan Di Zaman Modern Ini Semakin Banyak Saja Ragam Alat Bantu Yang Bisa Dieksploitasi Untuk Mempermudah Proses Penghafalan Kita.
Papan Tulis Adalah Alat Bantu Yang Sudah Cukup Lama Dipakai Orang Untuk Membantu Menghafal Al-Qur’an. Sedang Alat Rekam (Audio), Dengan Segala Ragamnya, Dan Video (Audio-Visual) Adalah Alat-Alat Bantu Era Modern Yang Telah Terbukti Sangat Bermanfaat Untuk Kegiatan Yang Sama. Berikut Ini Cara-Cara Menghafal Dengan Alat Bantu, Sebagaimana Dipaparkan Dalam Kitab “Kaifa Tahfazhu Al-Qur’an: Qaw’aid Asasi- Yyah Wa Thuruq ‘Amaliyyah” Karya Syekh DR Yahya Bin Abd Al-Razaq Al-Ghaustsani
Metode Pertama: Mendengar Dari Alat Rekam
Berkat Kemajuan Teknologi, Sekarang Telah Tersedia Bermacam Alat Rekam Atau Rekaman. Di Antaranya Adalah Tape Recorder, CD, DVD, MP3, Handphone Dan Lain-Lain. Bahkan Sekarang Telah Tersedia Rekaman Bacaan Murattal (Secara Tartil) Al-Qur’an Lengkap 30 Juz Dari Qari-Qari’ (Pembaca Al-Qur’an) Terkenal Serta Para Imam Di Makkah Dan Madinah Seperti Syekh Mahmud Al-Hushari, Syekh Shiddiq Al-Minsyawi Dan Syekh As-Sudaisi. Mereka Membaca Dengan Tartil (Jelas Huruf-Huruf Dan Harakatnya), Dengan Irama Yang Merdu Dan Suara Yang Renyah. Alhasil, Enak Untuk Didengarkan. Ada Yang Direkam Dalam Bentuk Kaset, CD, MP3, DVD Bahkan Juga Dalam Bentuk Software Yang Bisa Ditampilkan.
Metode- Metode Yang Lain Adalah :
Metode Wahdah
 Yang Dimaksud Metode Ini, Yaitu Menghafal Satu Persatu Terhadap Ayat-Ayat Yang Hendak Dihafalnya. Untuk Mencapai Hafalan Awal, Setiap Ayat Dapat Dibaca Sebanyak Sepuluh Kali Atau Dua Puluh Kali Atau Lebih, Sehingga Proses Ini Mampu Membentuk Pola Dalam Bayangannya.


Metode Kitabah
Kitabah Artinya Menulis. Metode Ini Memberikan Alternatif Lain Dari Pada Metode Yang Pertama. Pada Metode Ini Penulis Terlebih Dahulu Menulis Ayat-Ayat Yang Akan Dihafalnya Pada Secarik Kertas Yang Telah Disediakan Untuk Dihafal. Kemudian Ayat Tersebut Dibaca Sampai Lancar Dan Benar, Kemudian Dihafalkannya.


Metode Sima’i
Simai Artinya Mendengar. Yang Dimaksud Metode Ini Adalah Mendengarkan Sesuatu Bacaan Untuk Dihafalkannya. Metode Ini Akan Sangat Efektif Bagi Penghafal Yang Mempunyai Daya Ingat Extra, Terutama Bagi Penghafal Yang Tuna Netra Atau Anak-Anak Yang Masíh Dibawah Umur Yang Belum Mengenal Baca Tulis Al-QurAn. Cara Ini Bisa Mendengar Dari Guru Atau Mendengar Melalui Kaset.


Metode Ini Merupakan Gabungan Antara Metode Wahdah Dan Kitabah. Hanya Saja Kitabah Disini Lebih Mempunyai Fungsional Sebagai Uji Coba Terhadap Ayat-Ayat Yang Telah Dihafalnya. Prakteknya Yaitu Setelah Menghafal Kemudian Ayat Yang Telah Dihafal Ditulis, Sehingga Hafalan Akan Mudah Diingat.


Metode Jama’
Cara Ini Dilakukan Dengan Kolektif, Yakni Ayat-Ayat Yang Dihafal Dibaca Secara Kolektif, Atau Bersama-Sama, Dipimpin Oleh Instruktur. Pertama Si Instruktur Membacakan Ayatnya Kemudian Siswa Atau Siswa Menirukannya Secara Bersama-Sama.


Sedangkan Menurut Sadulloh Macam-Macam Metode Menghafal Adalah Sebagai Berikut :


1.                 Bi Al-Nadzar, Yaitu Membaca Dengan Cermat Ayat-Ayat Al-Quran Yang Akan Dihafal Dengan Melihat Mushaf Secara Berulang-Ulang.
2.                 Tahfidz, Yaitu Menghafal Sedikit Demi Sedikit Al-Quran Yang Telah Dibaca Secara Berulang-Ulang Tersebut.
3.                 Talaqqi, Yaitu Menyetorkan Atau Mendengarkan Hafalan Yang Baru Dihafal Kepada Seorang Guru.
4.                 Takrir, Yaitu Mengulang Hafalan Atau Menyima'kan Hafalan Yang Pernah Dihafalkan/Sudah Disima'kan Kepada Guru.
5.                 Tasmi’, Yaitu Mendengarkan Hafalan Kepada Orang Lain Baik Kepada Perseorangan Maupun Kepada Jamaah.

Pada Prinsipnya Semua Metode Di Atas Baik Semua Untuk Dijadikan Pedoman Menghafal Al-Quran, Baik Salah Satu Diantaranya, Atau Dipakai Semua Sebagai Alternatif Atau Selingan Dari Mengerjakan Suatu Pekerjaan Yang Terkesan Monoton, Sehingga Dengan Demikian Akan Menghilangkan Kejenuhan Dalam Proses Menghafal Al-Quran.


Rujukan:


1.                 Ahsin Sakho Muhammad, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an, (Jawa Barat : Badan Koordinasi TKQ-TPQ-TQA, T.T.).
2.                 Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993).
3.                 Mujamil Qomar, Epistomologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 1995).



Metode Yaqra

 

Menghafal Al Quran Dengan Otak Kanan
Metode Yaqra Artinya Metode Yang Berkelanjutan, Yaitu Membaca Ayat Alquran Dengan Terus Menerus Dan Diulang Ulang. Caranya Adalah Sebagai Berikut:
  • Membaca Ayat Minimal 7 Kali
  • Memahami Terjemah Ayat Tersebut
  • Mengingat Kata Awal Dari Ayat Tersebut
  • Mengingat Huruf Pertama Dari Ayat Itu
  • Mengulangi Mambaca Sambil Memahami Artinya
 Metode Azam
Metode Azam Mengunggulkan Keonsistensi Dalam Menghafal. Jadi Begini Yaa Sobat Kalau Sudah Niat Untuk Menghafal Alquran Maka Hafalkan Sedikit Sedikit Tapi Secara Berkelanjutan. Jangan Tiba Tiba Menghafal Banyak Lalu Melupakannya Dan Mengulang Lagi.
Kuatkan Hati Untuk Menghafal Alquran, Niat Yang Ikhlas Dan Semangat Yang Tinggi Akan Membantu Mempermudah Menghafal Alquran. Cara Menghafal Dengan Metode Ini Yaitu:
  • Berkonsentrasi Dengan Penuh
  • Bernafas Dengan Teratur Dan Temukan Kenyamanan
  • Bersikap Rileks
  • Memulai Membaca Ayat Demi Ayat Dan Mengulangnya Hingga Hafal
 Metode Talqin
Pada Metode Talqin Dilakukan Pendiktean Bacaan Untuk Memastikan Kebenaran Bacaan. Pada Metode Ini Membutuhkan Orang Lain Untuk Mendiktekan, Bisa Ustadz Bisa Siapa Saja. Jadi Ketika Ada Bacaan Yang Salah Bisa Langsung Dibenahi.
Metode Talqin Terkenal Juga Dengan Metode Menghafal Al Quran Dengan Otak Kanan. Karena Memfungsikan Otak Untuk Merangkai Dari Potongan Potongan Ayat Yang Diingat. Cara Menghafalkannya Yaitu:
  • Mengingat Simbol Simbol Yang Ada Di Tulisan Alquran
  • Membaca Dan Memahami Benar Letak Letak Simbol Yang Khas
  • Mengulangi Membacanya Dan Memperhatikan Letak Bacaan Di Alquran
Metode Menghafal Alquran Semudah Tersenyum

 Menghafalkan 1 Ayat

Sepertinya Mudah Yaa, Berkomitmen Dengan Diri Untuk Menghafalkan 1 Ayat Setiap Hari, Lalu Akan Bertambah Terus Setiap Harinya. Menghafal Alquran Semudah Tersenyum Memang Benar Adanya. Bisa Dimulai Dari Juz 30 Lalu Ke Juz 1. Juz 30 Memiliki Ayat Ayat Yang Pendek Jadi Lebih Mudah Dihafal.
Untuk Lebih Mempermudah Metode Ini Bisa Dilakukan Juga Dengan Murojaah Setiap Seminggu Sekali. Berarti Sudah Ada 7 Ayat Yang Dihafal Setiap Minggunya. Kalau Sebulan Berarti 30 Ayat. Nahh Bisa Dibayangkan Yaa Berawa Jumlah Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menghafalkan Alquran.

 Bertukar Hafalan

Maksudnya Bertukar Hafalan Bukan Berarti Bertukar Otak Yaa, Tapi Ini Menghafalkan Alquran Dengan Mengajak Teman Dan Saling Berhafalan Satu Sama Lain. Kadang Orang Lebih Paham Ketika Mendengarkan Dari Pada Membaca Sendiri.
Ketika Ada Hafalah Yang Salah Dengan Metode Bertukar Hafalan Ini Bacaan Bisa Langsung Dibenarkan. Bisa Juga Ketika Merasa Hafalannya Sudah Banyak Meminta Bantuan Orang Untuk Menguji Hafalan Tersebut.
Bertukar Hafalan Dengan Mp3 Juga Bisa Yaa, Tapi Cuma Satu Arah, Yaitu Mendengarkan Lalu Ikut Menghafalkan. Ayat Ayat Alquran Yang Didengarkan Ibu Saat Halim Ternyata Banyak Manfaatnya. Ditambah Lagi Ibu Tersebut Menghafalkan Alquran Saat Dia Mengandung Buah Hati.

 Mengulang Membaca 20 Kali

Cara Ini Mirip Dengan Metode Yaqra. Bedanya Kalau Metode Yaqra Hafalannya Terus Berlanjut Ke Ayat Selanjutnya, Tapi Kalau Metode Mgnulang Ini Belum Boleh Lanjut Jika Belum Benar Benar Menghafalnya.
Metode Mengulang Seperti Cara Menghafal Quran Dengan Jari, Kenapa? Yaa Jari Tangan Manusia Jumlah Normal Ada 10 Yaa, Jadi Ketika 1 Ayat Dibaca 20kali Berarti Tinggal Menekuk Jari Satu Per Satu. Lalu Membukanya Satu Per Satu Untuk Hitungan Sampai 20 Kali.
Fokus penghafal al-Quran harus diarahkan untuk ta’abbud dan taqarrub pada Allah, serta menyelami dalam dan luasnya samudara ilmu Allah melalui al-Quran. Dapat cercaan tidak emosi dan terus introspeksi, dapat pujian tetap rendah hati. Berharaplah pujian dan kemuliaan langsung dari pemilik al-Quran yaitu Allah swt.
Wassalam, Selamat berjuang semoga sukses. Aamiin :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar